Kalau dicermati, artikel-artikel dari kanal berita online sering sekali menambahkan detil yang sebenarnya tidak penting di judul berita mereka. Contoh berita di atas; tidak penting apa pekerjaan pelaku dan korban, karena yang penting adalah apa yang dilakukan. Kalau ditulis “oknum ASN melakukan bla bla bla…” malah akan mengundang prasangka bahwa semua ASN memiliki moral yang buruk.
Tapi kalau ga ada oknum, jadinya ga jelas.
Bentuknya pelaku melakukan pelecehan terhadap guru di sekolah. Kan jadinya terkesan guru paling lemah? Menurut saya oknum sudah tepat, asal sesuai dengan konteks, dia memanfaatkan posisi ASN untuk menekan guru tersebut.
Secara hirarkis benar seperti itu kan? imho
Namun dengan maraknya hujatan terhadap ASN secara general, orang akan lebih membaca kata “ASN” dibandingkan kata “oknum” pada frasa “oknum ASN”. Ini sebenarnya tipikal clickbait. Sekarang pertanyaannya: apakah pekerjaan si pelaku berpengaruh terhadap apa yang diberitakan? Kalau bukan “oknum ASN”, apakah pelecehan tidak akan terjadi? Jawabannya adalah: tidak berpengaruh. Sehingga semestinya tidak usah membawa-bawa detail yang tidak relevan terhadap berita tersebut pada judulnya. Namun, apabila di teks berita dijelaskan tempat kejadian serta pekerjaan sang pelaku, itu tidak masalah. Berita semestinya netral, tidak menggiring opini, apalagi bermain kata demi klik…
Kalau demi klik rasanya ga bisa dilawan, tapi kalau giring opini, bagi saya tidak sih, mungkin beda pendapat ya. Cuman misal nih, tanpa bawa ASN, kira-kira judul yang bagus kek gimana?
apakah “Guru Honorer dilecehkan di sekolah, diintimidasi setelah lapor polisi?” atau “Seorang Honorer dilecehkan di sekolah, diintimidasi di kepolisian” ? atau ada yang lebih baik lagi?
Mungkin, karena saya terbiasa mengecek apakah ada kata oknum dulu, jadi berbeda cara pandang saya. Karena kalau ada oknum, berarti sedikit dari banyak.
seperti ada kata “oknum polisi menilang sembarangan”, itu sudah lebih baik daripada “polisi menilang sembarangan”. Ini sebenarnya seperi yang dibicarakan sama op, apakah pelecehan tidak akan terjadi?
contoh lain “oknum ustad menyetubuhi anak didiknya di pesantren X” (walau maksa, biasa beritanya malah ustad langsung), mungkin kalau mau di standarkan, berarti ga boleh hanya ASN, tapi ke semua, judulnya jadi “Anak perempuan di pesantren X diperkosa”, cuman kembali ke awal, berarti masalahnya bombastisitas, cuman opini saya pribadi, ya dimana-mana mau kerjaan apapun bisa aja melakukan hal itu, cuman judul itu mempermudah saja, convinient, cuman sayangnya di Indo fuck tup, isi dan judul ga sama, itu dibaca aja saya ga yakin isinya sesuai judulnya. haha…
Kendala terakhir jurnalisme tanpa uang mati, jadi semua UUD. mending baca kompas.id yang berbayar atau kontan yang berbayar, daripada macam tribunnews (lihat https://lemmy.my.id/post/69254), kelas bawah sama kek koran lampu merah… (di sisi !berita@lemmy.id, udah id bahas sih, ga boleh pakek tribunnews [https://lemmy.my.id/post/69254], jadi ya ga bisa dianggap berita kalau tribunnews).
Sumber termudah di mesin pencari : https://jateng.tribunnews.com/2023/07/13/guru-honorer-dilecehkan-oknum-asn-di-sekolah-mengaku-diintimidasi-setelah-lapor-polisi?page=all