Sangat disayangkan pasar-pasar seperti ini harus ditutup sejak kemunculan platform jual-beli online yang mensubsidi penjualnya sehingga harga jualnya jadi tak masuk akal murahnya.
TikTok Shop Dilarang? Kemenkop UKM: Kalau Tidak Diatur, UMKM Kita Bisa Tumbang
Kayaknya fenomena “dead mall” di Indonesia menarik. Dari satu sisi, memang banyak mall-mall yang mati karena muncul toko online, seperti yang di Amerika. Tapi, tidak seperti Amerika, mall masih menjadi tempat populer untuk nongkrong, apalagi jika mall terletak dekat halte atau stasiun. Bahkan ada stasiun yang semi-mall seperti Stasiun Gambir dan Stasiun Bandung, dan ada pun pembuatan stasiun yang sengaja dibuat seperti mall, misalnya Travoy Hub yang berhubungan dengan stasiun LRT TMII.
Sepertinya mall di Indo yang populer bukan hanya komplex ruko saja, tapi juga sebagai tempat berteduh dan berinteraksi secara umum. Fasilitas mall di Indo yang populer adalah tempat makan (kemungkinan biaya rental di mall lebih murah daripada kalo di tempat sendiri, apalagi fasilitas sekunder sepert AC juga merupakan faktor penting dalam mempertimbangkan penjualan makanan di mall) dan bioskop (sedikit bioskop yang berdiri sendiri, apalagi jika makanan yang disediakan di bioskop cenderung lebih mahal daripada makanan di food area mall).
intinya third place ya yang rame, polanya mirip kayak hongkong, siang-siang panas, orang-orang gak mau nongkrong di taman, maunya nongkrong di mall ber-AC